Letusan Yang terjadi di tahun 535 M
Telah membuat kekacauan peradaban di berbagai belahan dunia, bagaimana tidak letusan yang menghamburkan material pasir, debu, dan bebatuan serta bom tersebut berlangsung selama sepuluh hari dengan puncaknya selama 34 jam.
Berikut beberapa bukti bahwa bencana tersebut pernah terjadi :
1. Pustaka Raja Purwa
David Keys, seorang arkeolog dan koresponden koran “The Independent” London, meluncurkan sebuah buku berjudul “Catastrophe: An Investigation into the Origins of the Modern World” (1999).
Salah satu pembahasan menarik dalam buku itu adalah kesimpulan mengenai bencana letusan Krakatau sekitar tahun 416 M atau 535 M dan implikasinya terhadap terjadinya perubahan peradaban dunia secara global.
Dalam hal ini Keys merujuk pada catatan sejarah sebagai berikut: Angka 416 M dikutip dari sebuah teks Jawa kuno berjudul ‘Pustaka Raja Purwa’ yang bila diterjemahkan bertuliskan: “Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada goncangan Bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Lalu datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula. Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatra”. Menurut buku Pustaka Raja Parwa tersebut, tinggi Krakatau Purba ini mencapai 2.000 m dpl dengan lingkaran pantainya mencapai 11 km.
2. Chronicle milik John dari Efesus
Seorang bishop Suriah, John dari Efesus, menulis sebuah chronicle di antara tahun 535 – 536 M. Adapun isi dari chronicle yang tercatat adalah: “Ada tanda-tanda dari Matahari, tanda-tanda yang belum pernah dilihat atau dilaporkan sebelumnya. Matahari menjadi gelap, dan kegelapannya berlangsung selama 18 bulan. Setiap harinya hanya terlihat selama empat jam, itu pun samar-samar. Setiap orang mengatakan bahwa Matahari tak akan pernah mendapatkan terangnya lagi”.
3.Dokumen sejarah Dinasti China
Dokumen lainnya dari Dinasti Cina mencatat: ”suara guntur yang sangat keras terdengar ribuan mil
jauhnya ke barat daya Cina”.
Selanjutnya catatan sejarah tersebut divalidasi dengan data hasil penelitian Krakatau Purba dari Berend George Escher dan Verbeek juga didukung beragam dokumen sejarah dari Nusantara, Siria, dan Cina tentang sebuah bencana yang sangat dahsyat terjadi di abad 5 atau 6 Masehi dan mengakibatkan Abad Kegelapan di seluruh dunia. Batuan inti (Ice Cores) di lapisan es Antartika dan Greenland juga mencatat jejak ion sulfat vulkanik berumur 535- 540 M dan diperkirakan kiriman bencana dahsyat Gunung Purna Krakatau. Jejak-jejak belerang gunung api Krakatau pun tersebar di kedua belahan Bumi selatan dan utara.
Selanjutnya Keys menyusun sebuah rangkaian kejadian letusan Krakatau tahun 535 M, sebagai berikut:
1. Gempa bumi.
Tanda awal reaksi gunung api. Tanda awal ini sudah dirasakan sampai Batavia (Jakarta);
2. Letusan bak guntur yang menggelegar
Letusan ini menghasilkan suara hingga terdengar sampai Australia.
Letusan ini juga menghasilan gelombang kedap udara yang lazim terjadi pada ledakan bom sehingga menghasilkan korban jiwa;
3. Letusan yang dihasilkan dari pecahnya kaldera melontarkan ribuan kubik material (pijar) ke lapisan Stratosfer. Fragmen bebatuan panas ini kemudian ditemukan pada bongkahan es Greenland dan Antartika;
4. Ledakan yang besar itu mengguncang tanah sehingga ambles dan memisahkan daratan Jawa dan Sumatra dan terbentuklah selat Sunda;
5. Bebatuan berbagai ukuran, debu, pasir, krikil, hingga bom, yang terlontar ke Stratosfer menjadikan hampir seluruh langit bumi gelap dan menutupi cahaya matahari. Suhu udara di bumi turun mencapai 10 derajat di ekuator. Turunnya suhu dan minimnya matahari menjadikan bumi tak ubahnya planet Venus. Komponen vegetasi di bumi rusak sehingga cadangan makanan menjadi minim. Kejadian itu selanjutnya mengakibatkan pergolakan sosial dalam memperebutkan cadangan makanan.
6. Apabila kita setuju dengan pendapat mengenai Letusan Krakatau 535 M tersebut di atas, maka beberapa kejadian perubahan fisik dan peradaban yang merupakan dampak dari letusannya.
Pulau Jawa dan Sumatra ketika masih bersatu, atas. Setelah letusan dahsyat Krakatau terbentuk kaldera besar yang dan terbentuk dua pulau besar, masing-masing Pulau Sumatra dan Pulau Jawa, bawah (Keys, 1999).
Terbentuknya Selat Sunda
Beberapa hal menarik dalam tulisan Keys, 1999, di antaranya adalah hasil pemodelan yang menyatakan bahwa Pulau Jawa dan Pulau Sumatra masih menyatu sebelum letusan Krakatau pada 535 M.
Berikut terjemahan sebuah kutipan dari buku tersebut:
(Petir menggelegar menyebabkan bumi bergetar, gelap gulita, guruh dan kilat sambar-menyambar disusul badai disertai dengan hujan deras, badai gelap mematikan seluruh dunia, dalam waktu singkat banjir besar melanda. Ketika air surut dapat dilihat bahwa pulau besar telah terbelah dua, menciptakan Pulau Jawa dan Pulau Sumatra).
Setara dengan 2 milyar Bom Atom.
Para ahli menyetarakan letusan dahsyat (violent eruption) Krakatau yang mampu membentuk Selat Sunda tersebut dengan 2 milyar kali bom atom Hiroshima atau bisa 11,11 kalinya letusan Krakatau 1883 serta menghasilkan kaldera sebesar 5,7 – 8,5 kalinya kaldera Krakatau 1883.
Hasil pemodelan Keys tersebut telah memperkuat teori Van Bemmelen (1952) dalam “De Geologische Geschiedenis van Indonesie” menyatakan; bahwa pada saat itu sebelum tahun 1175 Gunung Krakatau belum merupakan pulau kecil seperti sekarang karena kondisinya belum memungkinkan di lewati kapal laut.
Pulau-pulau besar kecil masih banyak berserakan di Selat Sunda. Sumatra dan Jawa masih bergandeng menjadi satu. Perbatasan antara Swarnadwipa (Sumatra) dan Jawadwipa (Jawa) pada masa itu masih berupa suatu teluk yang menjorok jauh ke pedalaman di daerah Jambi. Demikian menurut catatan para pelaut Arab dan Cina (van Bemmelen, 1952, hal. 126-127).
Munculnya Abad kegelapan (The Dark Age).
Istilah “Dark Age” selalu dikaitkan dengan masa kegelapan bangsa Eropa yang dimulai sejak redupnya kekaisaran Romawi pada 476 M akibat migrasi dan tekanan kaum Barbar. Keruntuhan Romawi terjadi
ketika kaisar terakhir dari kekaisaran Romawi Barat, Romulus Augustus, diberhentikan oleh Odoacer, seorang Jerman (Julius Nepos) yang menjadi penguasa Itali dan meninggal pada tahun 480 M. Sejak saat itu dikatakan Eropa telah memasuki masamasa Kegelapan (Dark Ages). Masa-masa Kegelapan ini berlangsung kira-kira dari tahun 476 M itu hingga masa Renaisans (1600).
Apa penyebab migrasi kaum Barbar di awal periode Dark Age yang terjadi di Eropa itu? Banyak jawaban yang diberikan, tapi kini argumentasi yang menguatkannya adalah letusan besar Krakatau 535 M. K. Wohletz, seorang ahli vulkanologi di Los Alamos National Laboratory, Amerika Serikat, telah melakukan serangkaian penelitian letusan Krakatau 535. Hasil simulasinya menunjukkan betapa dahsyatnya letusan itu. Letusan sebesar itu telah melontarkan 200 km3 magma (bandingkan dengan Krakatau 1883 yang melontarkan magma sejumlah 18 km3). Letusan Krakatau 535 M berlangsung selama sepuluh hari, tetapi letusan puncaknya berlangsung selama 34 jam dan menghasilkan kawah berukuran antara 40-60 km . Kecepatan bahan yang dimuntahkan (mass discharge) sebesar 1 miliar kg/detik. Awan letusan (eruption plume) telah membentuk perisai di atmosfer setebal 20-150 m, dan menurunkan temperatur 50-100 C selama 10-20 tahun.
Berikut terjemahan sebuah kutipan dari buku tersebut:
(Petir menggelegar menyebabkan bumi bergetar, gelap gulita, guruh dan kilat sambar-menyambar disusul badai disertai dengan hujan deras, badai gelap mematikan seluruh dunia, dalam waktu singkat banjir besar melanda. Ketika air surut dapat dilihat bahwa pulau besar telah terbelah dua, menciptakan Pulau Jawa dan Pulau Sumatra).
Setara dengan 2 milyar Bom Atom.
Para ahli menyetarakan letusan dahsyat (violent eruption) Krakatau yang mampu membentuk Selat Sunda tersebut dengan 2 milyar kali bom atom Hiroshima atau bisa 11,11 kalinya letusan Krakatau 1883 serta menghasilkan kaldera sebesar 5,7 – 8,5 kalinya kaldera Krakatau 1883.
Hasil pemodelan Keys tersebut telah memperkuat teori Van Bemmelen (1952) dalam “De Geologische Geschiedenis van Indonesie” menyatakan; bahwa pada saat itu sebelum tahun 1175 Gunung Krakatau belum merupakan pulau kecil seperti sekarang karena kondisinya belum memungkinkan di lewati kapal laut.
Pulau-pulau besar kecil masih banyak berserakan di Selat Sunda. Sumatra dan Jawa masih bergandeng menjadi satu. Perbatasan antara Swarnadwipa (Sumatra) dan Jawadwipa (Jawa) pada masa itu masih berupa suatu teluk yang menjorok jauh ke pedalaman di daerah Jambi. Demikian menurut catatan para pelaut Arab dan Cina (van Bemmelen, 1952, hal. 126-127).
Munculnya Abad kegelapan (The Dark Age).
Istilah “Dark Age” selalu dikaitkan dengan masa kegelapan bangsa Eropa yang dimulai sejak redupnya kekaisaran Romawi pada 476 M akibat migrasi dan tekanan kaum Barbar. Keruntuhan Romawi terjadi
ketika kaisar terakhir dari kekaisaran Romawi Barat, Romulus Augustus, diberhentikan oleh Odoacer, seorang Jerman (Julius Nepos) yang menjadi penguasa Itali dan meninggal pada tahun 480 M. Sejak saat itu dikatakan Eropa telah memasuki masamasa Kegelapan (Dark Ages). Masa-masa Kegelapan ini berlangsung kira-kira dari tahun 476 M itu hingga masa Renaisans (1600).
Apa penyebab migrasi kaum Barbar di awal periode Dark Age yang terjadi di Eropa itu? Banyak jawaban yang diberikan, tapi kini argumentasi yang menguatkannya adalah letusan besar Krakatau 535 M. K. Wohletz, seorang ahli vulkanologi di Los Alamos National Laboratory, Amerika Serikat, telah melakukan serangkaian penelitian letusan Krakatau 535. Hasil simulasinya menunjukkan betapa dahsyatnya letusan itu. Letusan sebesar itu telah melontarkan 200 km3 magma (bandingkan dengan Krakatau 1883 yang melontarkan magma sejumlah 18 km3). Letusan Krakatau 535 M berlangsung selama sepuluh hari, tetapi letusan puncaknya berlangsung selama 34 jam dan menghasilkan kawah berukuran antara 40-60 km . Kecepatan bahan yang dimuntahkan (mass discharge) sebesar 1 miliar kg/detik. Awan letusan (eruption plume) telah membentuk perisai di atmosfer setebal 20-150 m, dan menurunkan temperatur 50-100 C selama 10-20 tahun.
Sebuah ilustrasi awan melayang yang menutupi sebagian besar permukaan bumi dalam beberapa hari dan minggu setelah letusan Krakatau Purba (Keys, 1999).
Bencana tersebut telah mendatangkan wabah sampar yang mendunia, gagal panen, dan revolusi. Kekurangan pangan membuat kaum Barbar bermigrasi dan menyerang kemana-mana. Pada saat itu di Eropa terjadi transmutasi Kerajaan Romawi ke Kerajaan Bizantium, kejayaan Persia Purba, dan South Arabian berakhir.
Sementara di bagian dunia lainnya, misalnya di Benua Amerika seperti peradaban Nazca yang penuh teka-teki, Metropolis Teotihuacan, dan kota besar Maya Tikal berakhir. Jadi pasca letusan Krakatau 535 M tersebut membuat dunia dalam keadaan keos (chaos). Matahari dan bulan bersinar lebih redup karena tertutup debu vulkanik selama 18 bulan, menyebabkan perubahan iklim global.
Sedang di Indonesia sendiri, khususnya di Jawa dan Sumatra sejarah kerajaan-kerajaan tidak ada yang lengkap atau istilah Keys adalah “the missing link of the history”.
Keys mencontohkan di Pulau Sumatra terjadi kesenjangan (sejarah yang hilang) hampir 100 tahun, (535 – 650 M), yaitu antara kerajaan yang berbasiskan budaya Pasemah sampai kemunculannya kerajaan Sriwijaya. Sementara di Pulau Jawa kesenjangan terjadi hampir 200 tahunan (535 – 750 M), yakni antara kerajaan yang berada di Jawa bagian barat sampai kemunculan kerajaan-kerajaan di Jawa bagian tengah.
Namun sebetulnya sejarah itu tidak hilang apabila mengacu pada silsilah raja-raja di tanah Sunda menurut naskah-naskah Pangeran Wangsakerta. Menurut naskah Wangsakerta tersebut jaman keemasan Tarumanagara terjadi pada masa Raja Purnawarman (395-434) yang mampu memperluas wilayah Tarumanagara, dan banyak diabadikan di dalam bentuk Prasasti.
Prasasti Ciaruteun (Ciampea)ditemukan di tepi sungai Ciarunteun, Bogor. Prasasti ini menyebutkan nama Tarumanegara dan Raja Purnawarman dan terlukis sepasang telapak kaki yang diyakini miliki Purnawarman
Pada akhirnya yang tersisa kekaguman, bahwa Indonesia ternyata menjadi perhatian dunia karena Krakatau. Salah satu gunung yang menjadi bagian dari keluarga besar Cincin Api Nusantara ini ternyata sangat terkenal di dunia karena pernah menjadi sebab atas berakhirnya sebagian peradaban dunia. Letusan Krakatau yang dahsyat tersebut, ternyata di sisi lain memiliki pesona dan keunikan, sehingga layak dinobatkan sebagai geoheritage (warisan geologi) yang mendunia.
http://geomagz.geologi.esdm.go.id/super-volcano-krakatau-535-m-a-perubahan-peradaban-dunia/
http://www.ipsmudah.com/2017/08/5-sumber-sejarah-kerajaan-tarumanegara.html?m=1
"Selamat siang Bos 😃
BalasHapusMohon maaf mengganggu bos ,
apa kabar nih bos kami dari Agen365
buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
ayuk... daftar, main dan menangkan
Silahkan di add contact kami ya bos :)
Line : agen365
WA : +85587781483
Wechat : agen365
terimakasih bos ditunggu loh bos kedatangannya di web kami kembali bos :)"
"Agen poker terbesar dan terpercaya ARENADOMINO.
BalasHapusminimal depo dan wd cuma 20 ribu
dengan 1 userid sudah bisa bermain 9 games
ayo mampir kemari ke Website Kami ya www.arenadomino.com
Wa :+855964967353
Line : arena_01
WeChat : arenadomino
Yahoo! : arenadomino"